H. Ade Komarudin, MH merupakan salah satu politikus senior yang menyokong Partai Golongan Karya (Golkar). Beliau pula telah menjabat sebagai anggota DPR Republik Indonesia selama lima periode berturut-turut dari tahun 1997 hingga sekarang. Untuk periode 2014-2019, Ade menempati posisi di Komisi XI DPR RI yang memiliki ruang lingkup di bidang keuangan dan perbankan. Dirinya juga terpilih sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar untuk masa kepemimpinan 2015-2020, dimana sebelumnya bapak tiga anak ini sempat menjabat sebagai Wakil Fraksi Partai Golkar DPR-RI (2003).
Ade memulai kiprah politiknya dengan turut aktif dalam berbagai organisasi sayap Partai Golkar. Selain pernah mengambil peran sebagai wakil sekretaris jenderal di Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Kini beliau menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) untuk masa periode tahun 2015 hingga 2020.
Di sela-sela kunjungannya ke Melbourne, BUSET berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan pria kelahiran Purwakarta, 20 Mei 1965 ini. Hal-hal mengenai kondisi terkini di Tanah Air yang terbilang kontroversial menjadi topik perbincangan sambil menyeruput segelas kopi hangat.
Menyinggung situasi politik Indonesia, beliau mengatakan saat ini atmosfer yang ada telah stabil karena rintangan antara kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) sudah mulai mencair. Ade mengakui bahwa ini bukan waktunya untuk “berperang” karena pemilihan umum telah berakhir dan saatnya untuk fokus membangun bangsa ke arah yang lebih baik.
Suami dari Netty Marliza, SH ini pun menyoroti kondisi perekonomian, termasuk mengenai Kebijakan Paket Ekonomi September dan kurs mata uang Rupiah yang terus terdepresiasi. Menurutnya, Bank Indonesia tidak siap dengan peluncuran Kebijakan Paket Ekonomi dan dalam menghadapi pelemahan ekonomi yang semakin parah. Hal ini ditambah dengan penyerapan anggaran yang belum maksimal di berbagai sektor kementerian. Maka dari itu, beliau memiliki pandangan bahwa reshuffle menteri merupakan salah satu jalan keluar yang harus dilakukan Presiden Jokowi ketika terdapat menteri-menteri yang tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya.
Perekonomian dan pertumbuhan Indonesia diyakini akan terhambat ketika menteri yang bertugas tidak cukup memenuhi kriteria. Sudah selayaknya peran vital dari menteri sebagai alat bantu presiden ditempati oleh para ahli di bidangnya tanpa memandang darimana asal partai politik calon menteri tersebut.
Menilik pada isu pilkada serentak yang akan segera dilakukan di Indonesia, menurut Ade, ada dua permasalahan mengenai efisiensi dan konflik yang dapat menghambat proses demokrasi pilkada serentak tersebut. Ia menyadari bahwa tingkat efisiensi pilkada serentak justru menurun dan ternyata biaya yang dibutuhkan lebih mahal dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, konflik dualisme beberapa partai politik serta gerakan radikalisme internasional yang menyusup ke Indonesia dikhawatirkan dapat menghambat proses demokrasi. Ade pun berharap agar Badan Intelejen Negara (BIN) dapat mengambil langkah cepat demi mengantisipasi hal-hal tersebut.
Sebagaimana kapasitasnya sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional SOKSI, pria dengan segudang pengalaman ini telah menghimbau pemerintah untuk segera membentuk tim antisipasi krisis meski saat ini Indonesia belum mencapai tahap krisis. SOKSI merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan pencetak kader bangsa yang berazaskan Pancasila dan berorientasi pada karya dan kekaryaan, dan yang mencintai bangsa dan negaranya di atas kepentingan golongan. SOKSI dan beberapa organisasi lainnya merupakan komponen pembentuk partai Golkar yang hingga sekarang mampu bercokol sebagai salah satu partai ternama di Republik Indonesia karena dapat menghadirkan kader-kader unggul.
Menanggapi pertanyaan seputar motivasi dan konsekuensi yang harus dipikul dengan berkiprah sebagai politisi, Ade Komarudin mengakui menjadi penguasa dalam konteks pejabat negara merupakan cita-citanya sejak kecil. Sebab dengan demikian, dirinya bisa menerapkan kebijakan dan membuat perubahan demi kepentingan banyak orang.
Alumnus Universitas Islam Negeri ini kerap terinspirasi oleh para tokoh seperti Helmut Smith, Mahatir Muhammad, Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka hingga Tjokroaminoto. Beliau memaparkan, bagi para politisi, hal persepsi publik adalah hal yang paling disoroti. Memang, selalu ada pro dan kontra atau pandangan yang berbeda-beda di masyarakat. Kendati demikian, Ade menuturkan, kunci jitu dalam menangkis berbagai tanggapan negatif adalah dengan sikap keikhlasan yang dimulai dari hati nurani untuk mengabdi pada negara. Sebaliknya, menjadikan kekayaan yang berlimpah ruah sebagai tujuan seorang politisi justru akan menjerumuskan orang tersebut.
Sosok yang taat beragama juga lah yang menjadikan Ade Komarudin sukses menjalankan semua tugasnya. Baginya, seorang pemimpin yang baik dapat membawa kesejahteraan bagi mayoritas, bukan hanya untuk segelintir kelompok.
Ade Komarudin menjadikan ranah politik sebagai lahan pengabdian dan telah membuktikan konsistensinya dengan terus mengambil bagian dan berperan bagi Bangsa Indonesia. Patut kita tunggu terobosan-terobosan yang dapat beliau sumbangkan pada negara dan memegang janji antikorupsi yang didengungkan para politisi di Indonesia.
Pendidikan
S1 Universitas Islam Negeri, Jakarta (1990)
S2 Magister Hukum Universitas Padjajaran, Bandung (2007)
S3 Doktor Hukum Bisnis Universitas Padjajaran, Bandung (2012)
Karir
Ketua Cabang HMI, Ciputat (1998-1990)
Wakil Sekretaris Jenderal DPP KNPI (1993-1998)
Wakil Sekretaris Jenderal DPP AMPI (1993-1998)
Depipus Wira Karya Indonesia (1990-1995)
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional SOKSI (2005-2010)
Ketua Fraksi Partai Golkar (2015-2020)
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional SOKSI (2015-2020)

PENGARUH SEORANG ADE KOMARUDIN PADA KEHIDUPAN DUA PUTRINYA
Puteri Anetta Komarudin
“Mempunyai bapak seorang politisi adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Sejak kecil saya melihat sepak terjang beliau yang memulai karirnya dari bawah. Saya selalu kagum dengan ideologi dan passion beliau dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat. Untuk saya, ia adalah contoh nyata bahwa kerja keras dan ketaatan kepada agama adalah kunci kesuksesan. Terlepas dari pandangan publik terhadap mayoritas politisi yang dianggap sebagai benalu, beliau telah menunjukkan kepada kami bahwa menjadi orang baik di lingkungan yang penuh intrik adalah suatu hal yang mungkin. Tentu semua hal ada pro dan kontra, tetapi menjadi seorang praktisioner yang benar-benar mencurahkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memajukan Bangsa Indonesia, dan bukan hanya mengkritisi, bukanlah hal yang bisa dilakukan semua orang,” ungkap anak sulung pasangan Ade Komarudin dan Netty Marliza ketika berkomentar tentang sepak terjang sang ayah sebagai politisi.
Puteri yang kini sedang menjalani studi bidang Finance dan Management di The University of Melbourne berujar bahwa ia mendapatkan segudang pelajaran dari hasil observasi kehidupan politik ayahnya. Ade Komarudin telah menunjukkan kepada keluarganya bahwa karir dan keluarga bisa jalan berdampingan. Terlepas dari kesibukannya yang luar biasa, beliau selalu menyempatkan waktu untuk keluarga.
“Beliau telah mematahkan mitos bahwa orang tidak bisa sukses berkarir apabila berkeluarga. Bagian tidak enaknya menjadi seorang anak politisi adalah dinamika di dunia politik Indonesia yang tidak bisa diduga, dan tentu sebagai anak saya selalu berdoa agar Bapak mendapatkan yang terbaik dalam perjalanannya. Privasi saya tidak pernah terganggu karena saya juga tidak pernah menyebut nama bapak ketika memperkenalkan diri, jadi biasanya orang tahu sendiri kalau saya putri beliau,” jelas Puteri ketika disinggung mengenai kehidupan sebagai anak seorang politisi.
Dari kecil, ayahnya selalu menekankan kepada ketiga anaknya bahwa hidup itu bertujuan untuk mempraktekkan ilmu dan melayani sesama orang Indonesia dalam bidang apapun yang digeluti, dimana uang dan jabatan tidak boleh jadi tolak ukur. Puteri mengatakan ayahnya selalu berpesan agar anak-anaknya mengabdi kepada negara.
“Kebetulan saya juga diberi kepercayaan untuk menjadi Sekretaris Jenderal bidang perbankan Dewan Pimpinan Nasional SOKSI periode 2015-2020. Kami baru saja dilantik di bulan Agustus lalu dan baru merampungkan rencana kerja untuk setahun kedepan. Melalui SOKSI, saya ingin membantu pemerintah dalam meningkatkan level financial literacy melalui pendidikan dan pelatihan keuangan di seluruh Indonesia. Jaringan SOKSI yang tersebar di semua pulau di Indonesia harus dimanfaatkan untuk membantu warga merencanakan keuangannya. Apabila berhasil, peningkatan dalam financial literacy bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Pada saat ini Indonesia mendapatkan skor paling rendah di antara negara ASEAN dalam hal basic money management dan mendapatkan skor lebih rendah dari rata-rata negara di Asia Pasifik dalam hal financial planning. Kondisi memprihatinkan ini harus menjadi tanggungjawab bersama, bukan hanya pemerintah saja,” papar Puteri mantap.
Puteri sendiri bercita-cita untuk berkarir di jalur profesional, bukan di politik.
Benazir Maharani Komarudin
Anak kedua Ade Komarudin ini merasa beruntung karena mempunyai sosok ayah yang dapat dijadikan role model. Benazir mengakui ayahnya kerap memberikan motivasi, menanyakan kabar setiap hari dan mendengarkan keluh kesah anak-anaknya yang mungkin tidak ada apa-apanya dengan apa yang beliau alami.
Ketika disinggung mengenai kehidupan seorang anak politisi, ia mengatakan privasinya sama sekali tidak terganggu. “Enaknya mempunyai papa seorang politisi adalah saya tahu pasti bahwa eksistensi papa saya di dunia ini berguna untuk banyak orang,” ujar Benazir seraya menyayangkan ketika ada orang yang mengeneralisasi bahwa para politisi itu buruk dan selalu berniat memakan uang rakyat. Menurutnya, sangatlah tidak adil untuk menuduh hal-hal buruk kepada para politisi yang telah berjuang dan mengabdi pada negara.
Beda dengan sang kakak, gadis yang sedang menjalani studi jurusan Politics and International Relations di Monash University ini menyatakan ketertarikannya untuk berkecimpung di dunia politik. Keputusan tersebut bukan merupakan tekanan dari sang ayah. Sebaliknya, justru ayahnya selalu menghimbau agar setiap anaknya dapat berkontribusi memajukan Indonesia dengan cara mereka masing-masing.
Benazir kemudian menanggapi peran ibunya yang selalu setia menemani dan mendukung perjalanan karir suami dari nol. Ia pun mengagumi sosok sang bunda yang telah melakukan banyak pengorbanan mimpi dan ego demi menyukseskan kehidupan politik sang ayah.
rr/leo