“Near Neighbours, Close Friend?” Judul yang dipilih untuk pameran terbaru yang diadakan oleh Museum of Indonesian Arts(MIA) mengandung sebuah perenungan. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, “tetangga dekat, sudahkah menjadi teman dekat?”

Estelle Moore dan Bachtiar Abbas berpose bersama foto pernikahan mereka di tahun 1972 yang turut dipamerkan MIA

Jika boleh mengambil benang merah dari ekshibisi yang dilangsungkan nyaris satu bulan dari 19 April hingga 13 Mei 2018 di The Highway Gallery, Mount Waverly ini dan menghimpunnya dalam satu kata saja, maka “perjumpaan” jadi kata yang tepat menggambarkan pameran tersebut. Perjumpaan dengan memorabilia keluarga yang belum pernah dilihat oleh anggota keluarga sebelumya. Perjumpaan dengan berbagai kisah menyentuh tentang sebuah persahabatan dan kisah cinta manusia antar dua negara. Perjumpaan dengan kisah yang mengharukan dan sentimentil. Perjumpaan dua negara dekat, Australia dan Indonesia yang sudah terjalin bahkan sejak abad ke-16, konon lebih dulu dari bangsa Eropa yang awalnya dipercaya sebagai bangsa asing yang menginjakkan kaki ke benua Australia. Orang-orang Makassar tercatat mulai melaut dan terlibat perdagangan teripang hingga ke wilayah utara Australia.

Salah satu perjumpaan yang menarik malam itu adalah kisah cinta antara Estelle Moore dan Bachtiar Abbas asal Makassar yang terjalin sejak tahun 1968, saat Bachtiar dikirim ke Perth untuk belajar. Mereka menikah tahun 1972 dan foto pernikahan dan kisah mereka dipamerkan dalam ekshibisi ini. Menariknya, keduanya datang di malam pembukaan dan mengisahkan bagaimana mereka bertemu dan berupaya meyakinkan orangtua Estelle dan mendapat restu darinya. Bahkan, ayah Estelle, kemudian menjadi presiden Australian Indonesian Association.

(dari kiri) Evelyn Diradji, Monika Diradji dan Kelly Mitchell bersama koleksi tante dari Evelyn sekaligus nenek dari Kelly

Kisah lain datang dari Evelyn Diradji, Co-ChairmanMIA. Ia berhasil mengumpulkan memorabilia milik sang tante, Eileen Mary Wark (yang juga dikenal dengan nama Helen), seorang juru rawat militer yang pernah berlayar ke nusantara, salah satunya Makassar. Cucu Helen, Kelly Mitchell, turut hadir malam itu dan mengaku belum pernah melihat memorabilia milik neneknya tersebut.

Begitu pula dengan Konsul Jenderal RI untuk Melbourne, Spica Tutuhatunewa, yang menyebutkan bahwa Tugu Dolan yang berada di Ambon untuk memperingati seorang prajurit Australia yang gugur saat melawan pasukan Jepang saat Perang Dunia II di kota tersebut hanya berjarak dua rumah dengan kediaman masa kecilnya.

Memorabilia yang terpajang dalam ekshibisi Near Neighbours Close Friends

Lewat perjumpaan pengunjung dengan memorabilia yang berhasil dikumpulkan, dipinjamkan dari banyak tangan dan dipajang di ruang pamer, tak hanya jadi usaha untuk melestarikan hubungan dua negara tapi juga upaya merawat ingatan.

 

 

 

 

Apa Kata Mereka

 

Dewi Anggraeni

Ekshibisi ini menurut saya baik dan perlu. Sebetulnya materinya dari alam bawah sadar, kita mungkin sudah tahu, tapi jarang sekali diangkat jadi ada baiknya diangkat secara berkala terutama sebagai pengingat untuk generasi lebih muda.

 

Chrystabel Suares

It’s so interesting.Saya sendiri belum pernah ke Indonesia, tapi anak saya sedang berkunjung ke Yogyakarta. Indonesia menarik di mata saya karena memiliki  banyak pulau, suku dan ras, bahasa, dialek, baju daerah, agama, dan masih banyak lagi. Rasanya banyak cerita yang disodorkan dalam pameran ini yang tidak mungkin selesai sekali datang, jadi besok saya akan datang lagi.

 

Wade Moktar

Saya sendiri berdarah campur, mendiang ibu saya dari Manado. Saya sudah tidak pernah datang ke ekshibisi semacam ini begitu lama. Dan setelah belajar Bahasa Indonesia selama lima bulan saya merasa senang datang ke sini karena punya pemahaman lebih dengan konteksnya. Saya sendiri hanya sekali ke Sulawesi. Ketika masih kecil saya merasa kultur Indonesia ada di rumah, karena ibu saya suka berkumpul dengan teman-temannya dari Indonesia.

 

Anna Harte

Saya sekarang sedang belajar Bahasa Indonesia dan suka sekali datang ke acara ini. Sejujurnya saya tertarik belajar Bahasa Indonesia karena Indonesia merupakan negara terdekat dari Australia dan memang bahasanya tidak terlalu susah. Saya juga suka sekali pierendang yang dihidangkan di acara ini. Enak sekali.

 

 

 

Deste